Agungkan Gurumu (2)

Suatu ketika Habib Umar Bin Abdurrahman Al-Atthas (Penyusun Ratib Al-Atthas) sedang duduk bersama para santrinya dan salah satunya bernama Ali Barash yang sedang memijit kaki beliau. Beliau berkata kepada para santri : "Kita kedatangan tamu istimewa Nabi Khidir dan sekarang beliau sudah berada di gerbang pondok".

Maka serentak para santri berhamburan untuk menyambut kehadiran Nabi Khidir kecuali Ali Barash, ia tetap tenang memijit gurunya. Habib Umar bertanya kepada Ali: "Yaa Ali, kenapa kau tidak ikut santri yang lain?" Ali menjawab: "Wahai guruku, Nabi Khidir datang untuk menemuimu, untuk apa aku lepaskan tanganku dari kakimu karena kedudukanmu sebagai guru di mataku jauh lebih mulia dibandingkan Nabi Khidir".

Mendengar jawaban ini, Habib Umar sangatlah ridlo kepada muridnya ini dan beliaupun berkata: "Tidak akan kuterima hadiah fatihah dari siapapun kepadaku kecuali disertai dengan nama Ali Barash".

Subhanallah! Lantas bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memuliakan guru kita dimana kita banyak mengambil ilmu dari mereka? Sudahkah kita memposisikan guru seperti yang dilakukan syeikh Ali Barash? Sudahkah kita mendoakan mereka seperti yang dilakukan oleh Imam Ahmad kepada As-Syafi’i?

Astagfirullah...Betapa bakhilnya penuntut ilmu zaman ini jangankan memuliakan guru, merekapun enggan menyebut nama guru sebagai sumber ilmunya, padahal disitulah letak keberkahan ilmu. Jalaluddin Abdrurrahman bin Abu Bakar mengatakan :

ﻭﻣﻦ ﺑﺮﻛﺔ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﺷﻜﺮﻩ ﻋﺰْﻭُﻩ ﺇﻟﻰ ﻗﺎﺋﻠﻪ

Di antara keberkahan ilmu dan wujud mensyukurinya ialah menisbatkan setiap perkataan kepada orang yang mengatakannya.

Hilangnya keberkahan itu diakibatkan seorang penuntut ilmu telah menjadi pendusta, Simak sabda Nabi SAW :

ﺍﻟْﻤُﺘَﺸَﺒِّﻊُ ﺑِﻤَﺎ ﻟَﻢْ ﻳُﻌْﻂَ ﻛَﻼَﺑِﺲِ ﺛَﻮْﺑَﻰْ ﺯُﻭﺭٍ

“Orang yang berpenampilan dengan sesuatu yang tidak diberikan kepadanya bagaikan orang yang memakai dua pakaian kedustaan”. [HR Bukhari]

Bahkan ada ulama yang menilai bahwa perbuatan tersebut termasuk sariqah (pencurian) karena ia telah mengambil sesuatu yang bukan haknya. Ia juga dianggap sebagai penipu karena ia menipu orang lain dengan pembentukan opini bahwa perkataan itu adalah hasil dari jerih payahnya sendiri. Wallahu A’lam. Semoga kita menjadi orang yang memuliakan guru-guru kita dan ilmu mereka sehingga setiap kita berhak mendapatkan ilmu yang bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.

Mari kita doakan guru-guru kita semoga mereka senantiasa mendapat perlindungan dan rahmat dari Allah subhanahu wa ta'ala.

 


Habib Soleh Al Atas

LihatTutupKomentar

Terkini