NGAJISALAFY.com - Istilah tahlilan itu berasal dari bahasa Arab هَلَّلَ - يُهَلِّلُ - تَهْلِيْلاً (tahlil) yang berarti membaca “La ilaha illallahu.” Akan tetapi dalam istilah yang berlaku pengertian tahlil adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang atau kelompok orang untuk membaca serangkain kalimat yang umumnya terdiri dari:
a. Ayat-ayat suci al-Qur’an
Biasannya membaca sebagian surat al-Qur’an yang terdiri dari surat al-Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq, an-Nass kemudian membaca awal surah al-Baqarah, ayat Kursi, dan membaca 2 atau 3 ayat terakhir dari surat al-Baqarah.
b. Membaca shalawat kepada nabi Muhammad
Adapun sighot atau bentuk lafadnya tidak dibakukan. Akan tetapi biasanya yang sering digunakan dengan menggunakan kalimat:
اَللّهُمَّ صَلِّي عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
c. Membaca dzikir atau tahlil
Adapun dzikir yang sering dibaca ialah sebagai berikut:
- لاَإِلَهَ إِلاَّ الله
- يَا الله يَارَحِيْمُ
- يَا رَحْمَنُ يَارَحِيْمُ
d. Membaca tasbih dan tahmid
Yakni dengan membaca: سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ سُبْحَانَ اللهِ الِعَظِيْمِ atau kalimat lain yang searti.
e. Membaca istigfar
Meminta ampun kepada Allah, untuk diri sendiri maupun orang lain baik yang masih hidup atau sudah meninggal. Biasanya dengan membaca: أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظْيْمَ
f. Membaca doa
Sesuai dengan tujuan dan konteks dimana tahlil itu diadakan.
Semua bacaan diatas memiliki dalil-dalil yang kuat baik dari ayat-ayat al-Qur’an maupun Sunnah nabi Muhammad s.a.w. yang memerintahkan atau menganjurkannya. Yang baru hanyalah cara mengemas bacaan-bacaan tersebut, dan cara melakukannya yang disesuaikan dengan perkembangan masyarakatnya. Dan dalam hal ini syari’at tidak membakukan cara atau hal-hal lain yang sifatnya sangat tehnis. Berbeda dengan cara shalat, atau haji yang memang sudah dibakukan sampai hal-hal yang tehnis dan rinci, terutama ibadah wajib.
Dalam hal membaca ayat-ayat al-Qur’an dan bacaan-bacaan lain dalam tahlil yang diperintahkan atau dianjurkan oleh nash-nash syari’at dapat secara singkat ditemukan sebagai berikut:
- Imam Muslim meriwayatkan hadits yang disampaikan oleh Abu Ummah r.a. bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
اِقْرَؤُ الْقُرْآنَ فَاِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا لِاَصْحَابِهِ
“Bacalah al-Qur’an karena ia besok hari kiamat akan datang memberikan syafa’at (pertolongan) kepada orang-orang yang membacanya”.
- Imam Turmudzi, An-Nasa’i, Al-Hakim dan Ahmad meriwayatkan hadits yang disampaikan oleh Uqbah bin ‘Amir r.a. ia mengatakan: “Aku bertemu Rasulullah SAW kemudian beliau mendekati aku dan memegang tanganku sambil bersabda:
يَا عُقْبَةْ. اَلَا اُعَلِّمُكَ خَيْرَ ثَلَاثِ سُوَرٍ اُنْزِلَتْ فِى التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيْلِ وَالزَّبُوْرِ وَالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ ؟ قال : قُلْتُ : بَلَى. جَعَلَنِى اللهُ فِدَاكَ. قال : فَاقْرَأَنِى قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدْ, وَقُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ, وَقُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ. ثُمَّ قَالَ : يَاعُقْبَةْ, لَاتَنْسَهُنَّ وَلَا تَبِتْ لَيْلَةً حَتَّى تَقْرَأَهُنَّ
“Wahai ‘Uqbah, saya ajari kamu tiga surat pilihan yang pernah diturunkan dalam kitab-kitab Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur’an al-Adhim. Saya menjawab: Baiklah ya Rasulullah, semoga Allah menjadikan aku sebagai pembelamu. Selanjutnya kata ‘Uqbah; kemudian Rasulullah membacakan: Qul Huallahu Ahad, Qul A ‘udzu bi Rabbil Falaq, dan Qul A’udzu bi Rabbin Nas. Kemudian beliau bersabda lagi: wahai ‘Uqbah, janganlah kamu sampai melupakan tiga surat itu, dan janganlah kamu tidur sebelum selesai membaca-nya”. Kemudian ‘Uqbah berkata, bahwa semenjak ia mendengar sabda nabi Muhammad s.a.w: “Janganlah kamu melupakannya ... dan seterusnya”, maka aku tidak pernah melupakannya dan tidak pernah tidur malam sebelum aku membacanya.
- Imam Muslim dan Imam Nasa’i meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Abbas r.a. yang mengatakan:
- Imam al-Hakim dan Imam Baihaqi meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa nabi Muhammad SAW bersabda:
سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ فِيْهَا آيَةٌ سَيِّدَةُ آيِ الْقُرْآنِ. لَا تُقْرَأُ فِي بَيْتٍ فِيْهِ شَيْطَانٌ إِلَّا خَرَجَ مِنْهُ. آيَةُ الْكُرْسِى
“Di dalam surat al-Baqarah itu terdapat ayat diantara ayat-ayat utama al-Qur’an. Tidaklah ayat-ayat itu dibaca dalam sebuah rumah yang ada syetannya, melainkan ia segera keluar dari rumah itu, ayat tersebut adalah ayat Kursi”.
Ada kisah menarik tentang ayat kursi ini, yang dimuat dalam sahih Bukhari dan sahih Muslim dari Abu Hurairah r.a. yang ada kaitannya dengan pengusiran syetan dari sebuah rumah. Haditsnya cukup panjang, silahkan ditelaah sendiri disana.
Disamping hadits-hadits tersebut masih ada beberapa hadits lain yang dimuat dalam beberapa kitab-kitab hadits terkenal, seperti Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Turmudzi, Sunan Abu Dawud dan lain-lain yang menjelaskan fadlilah (keutamaan) mebaca ayat-ayat Al-Qur’an baik secara umum maupun yang khusus pada surat atau ayat-ayat tertentu saja antara lain:
a. Bacaan lain yang dilakukan dalam tahlilan adalah membaca sholawat kepada nabi Muhammad SAW. Amalan ini juga didasarkan atas perintah Allah melalui ayat-ayat al-Qur’an seperti pada surat al-Ahzab ayat 56:
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي. يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْ صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu sekalian untuknya dan ucapkan salam penghormatan kepadanya”.
b. Bacaan dzikir atau tahlil, yang banyak diperintahkan dalam ayat-ayat al-Qur’an maupun hadits-hadtis nabi Muhammad SAW, jadi membaca dzikir atau tahlil adalah ibadah masyru’ah (ibadah yang diperintahkan), seperti diperintahkan dalam surat Ali Imron ayat 41:
وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيْرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ
“Dan berdzikirlah kepada Tuhanmu sebanyak-banyaknya, dan juga bertasbihlah di waktu sore dan pagi hari “.
Demikianlah ulasan lengkap tentang pengertian tahlilan dan sumber pengambilannya dalam Islam. Wallahu 'A'lam