10 Muharram (1)

Semua bulan pasti ada tanggal sepuluhnya, akan tetapi tidak disebut Asyura kecuali tanggal 10 Muharram. Tanggal 10 Muharram disebut Asyura karena memiliki sejarah khusus. Pada masa Rasul-Rasul terdahulu, banyak diantara mereka mendapat kemenangan dan keselamatan dari gangguan penentang-penentang dan musuh-musuh mereka, tepat pada tanggal 10 Muharram (hari Asyura), termasuk Nabi Nuh as. Umatnya yang ingkar, kufur dan syirik dihancurkan serta dibinasakan oleh Allah SWT dengan banjir topan selama enam bulan lamanya. Setelah banjir surut, kemudian Nabi Nuh as dan pengikut-pengikutnya berjumlah kurang lebih 80 orang turun dari kapal dengan aman serta selamat tepat pada tanggal 10 Muharram. 

Begitu juga Nabi Ibrahim as. keluar dengan selamat dari api unggun yang dinyalakan Raja Namrud untuk membakarnya, tepat pada tanggal 10 Muharram. Allah telah memerintahkan api unggun itu untuk menjadi dingin sehingga nabi Ibrahim tidak terluka sedikitpun. Allah berfirman

قُلْنَا يَا نَارُ كُونِى بَردًا وَسَلاَمًا عَلَى إِبْرَاهِيْمَ.
Kami telah berfirman, “Wahai api jadilah dingin dan selamat atas Ibrahim.” (QS: Al Anbiya 69).

Nabi Musa dan ummatnya mendapat kemenangan dan keselamatan dari Allah swt. dengan hancurnya Fir’aun beserta bala tentaranya yang ditenggelamkan Allah di lautan tepat pada 10 Muharram. Karena itu setiap 10 Muharram Nabi Musa berpuasa dengan menghaturkan syukur kepada Allah SWT.

Dari kisah-kisah di atas, jelaslah bagi kita bagaimana keistimewaan hari Asyura itu. Pada hari itu pula Allah menerima taubat suatu kaum pada umat terdahulu dan Allah akan tetap menerima taubat kaum-kaum setelahnya pada hari Asyura , sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh al Imam at Tirmidzi dari al Imam Ali ibn Abi Tholib ra.:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَ : أَيُّ شَهْرٍ تَأْمُرُنِى أَنْ تَصُومَ بَعْدَ رَمَضَانَ؟ قَالَ: إِنْ كُنْتَ صَائِمًا بَعْدَ رَمَضَان فَصُمْ المُحَرَّمَ, فَإِنَّهُ شَهْرُ اللهِ, فِيْهِ يَوْمٌ تَابَ فِيْهِ عَلَى قَومٍ وَيَتُوبُ عَلَى قَومٍ آخَرِيْنَ

Seorang pria datang kepada Nabi Muhammad saw. dan bertanya: “pada bulan apakah Rasulullah memerintahkan saya berpuasa setelah Ramadan” Beliau Menjawab: “Apabila engkau (ingin) berpuasa setelah Ramadan, berpuasalah pada bulan Muharram, sesungguhnya bulan itu bulan Allah, didalamnya ada hari dimana Allah menerima taubat suatu kaum dan akan menerima taubat kaum-kaum yang lain (yaitu hari Asyura ).

Apabila datang hari Asyura , hari yang istimewa itu, hendaklah kita gunakan kesempatan sebaik-baiknya dengan pelaksanaan tuntunan dan anjuran Nabi Muhammad SAW serta ajakan para ulama ahlussunnah wal jamaah agar kita mendapatkan pahala dan keutamaan dalam kehidupan dunia yang sementara ini dan di akhirat yang kekal abadi dengan ridla dan rahmat Allah .

Nabi Muhammad SAW pada hari Asyura melakukan puasa dan menganjurkan serta memerintahkannya sebagaimana riwayat al Turmudzi dari Ibn Abbas:

أَمَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصَومِ عَاشُوراءَ يَومَ العَاشِرِ

Rasulullah memerintahkan puasa Asyura pada hari kesepuluh (muharram)

Al Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Al Turmudzi meriwayatkan pula dari Sayidah Aisyah ra:

كاَنَ يَومُ عَاشُورَاء تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِى الجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ و آلِهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فِى الجَاهِلِيَّةِ. فَلَمَّ قَدِمَ المَدِيْنَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بَصِيَامِهِ, فَلَمَّ فُرِضَ رَمَضَانَ تَرَكَ يَومَ عَاشُرَاءَ, فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ

Dahulu orang Quraisy pada masa jahiliyyah berpuasa pada hari Asyura . Pada masa jahiliyyah Rasulullah (juga) berpuasa Asyura . Ketika masuk Madinah, Rasullah berpuasa Asyura dan memerintahkan berpuasa Asyura . Kemudian ketika puasa Ramadan diwajibkan, Rasulullah meninggalkan puasa Asyura . Maka barangsiapa berkehendak, dia berpuasa dan baragsiapa berkehendak, dia meninggalkannya.

Al Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud meriwayatkan dari Ibn Abbas:

قَدِمَ النَّبِّيُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ المَدِيْنَةَ فَرَأَى اليَهُودَ تَصُومُ عَاشُرَاءَ فَقَالَ لَهُمْ : مَاهَذَا؟ قَالُوا: هَذَا يَومٌ صَالِحٌ, هَذَا يَومٌ نَجَّى اللهُ بَنِى إِسْرَائِيْلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى, قَالَ : فَإِنَّا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ.

Ketika Nabi Muhammad datang di Madinah, beliau melihat kaum Yahudi berpuasa pada hari Asyura , maka beliau bertanya :”Apa ini?” mereka menjawab:”Ini hari baik, ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, maka berpuasalah Nabi Musa”. Nabi bersabda: “Maka akulah lebih berhak dengan Musa dari kalian, kemudian beliau berpuasa dan memerintahkan untuk berpuasa Asyura .

Al Imam Bukhari, Muslim meriwayatkan dari Abu Musa ra, ia berkata:

كاَنَ أَهْلُ خَيْبَرْ يَصُومُونَ يَومَ عَاشُورَاءَ وَيَتَّخِدُونَهُ عِيْدًا وَيَلْبِسُونَ نِسَاءَهُمْ فِيْهِ حُلِّيَّهُمْ وَشَارَتَهُمْ. فَقَالَ رَسُولُ اللهَِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ : فَصُومُوهُ أَنْتُمْ.

Dahulu penduduk khaibar berpuasa hari Asyura dan mereka menjadikannya hari raya serta memaikan istri-istri mereka perhiasan-perhiasan mereka dan tanda-tanda keindahan mereka, lalu bersabda Rasulullah SAW : maka berpuasalah kalian.

Dari keutamaan puasa Asyura itu, Rasulullah SAW memerintahkan seorang pria untuk mengadakan pengumuman dan seruan pada hari penting itu disekitar kota Madinah, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Albukhoriy, Muslim dan Annasaiy dari Salamah bin Akwa” r.a. ia berkata:

أمر النبي صلى الله عليه واله وسلم رجلا من أسلم أن أذن في الناس أن من كان أكل فليصم بقية يومه, ومن لم يكن يأكل فليصم, فإن اليوم يوم عاشوراء.

Nabi Muhammad SAW telah memerintahkan seorang pria dari suku Aslam, harap umumkanlah pada orang-orang itu bahwa siapa yang telah makan, maka hendaklah puasa (merupa orang puasa) pada sisa harinya dan siapa yang belum makan, maka hendaklah berpuasa, karena sesungguhnya hari ini hari Asyura .

Demikian juga sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Albukhoriy dan Muslim dari Rubaiyi’ binti Mu’awwith RA ia berkata:

أرسل رسول الله صلى الله عليه واله وسلم غداة عاشُوراء إلى قرى الأنصار التي حول المدينة : من كان أصبح صائما فليتم صومه, ومن كان أصبح مفطرا فليتم بقية يومه. فكنّا بعد ذلك نصومه ونصوم صبياننا الصغار منهم إن شاء الله ونذهب الى المسجد فنجعل لهم اللعبة من العهن, فإذا بكى أحدهم على الطعام أعطيناها إياه إلى الإفطار.

Rasulullah SAWmengutus pada hari pagi Asyura ke desa-desa Al-ansor yang terletak di sekitar Madinah. Siapa yang berada pagi-pagi puasa maka hendaklah menyempurnakan puasanya dan siapa yang berada pagi-pagi tidak puasa, maka hendaklah menyempurnakan sisa harinya (sebagaimana orang puasa), maka kita dahulu setelah itu memuasainya dan memuasakan anak-anak mereka insya Allah dan kita pergi ke masjid lalu kita membuatkan mereka permainan dari kapas, apabila salah satu dari mereka menangis meminta makanan, kita berikan mainan itu hingga waktu berbuka tiba.



Penulis adalah santri Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyaah Nurul Huda Malang
LihatTutupKomentar

Terkini