Bila anda ingin mengikuti jejak secara benar, maka perbanyaklah mengingat mati, karena mengingat mati itu akan berarti bagi dirimu, nafsumu, dan menjauhkan syetanmu, menepiskan duniawimu. Siapa yang tidak meraih nasehat dari maut, ia tidak akan meraih jalan nasehat. Nabi SAW, bersabda “Cukuplah maut itu sebagai penasehat…”
Ingat! Jika imanmu dan akidahmu benar, Dia senantiasa memandangmu, Maha dekat dan Maha Mewaspadaimu, maka sungguh anda akan sangat malu. Aku bicara benar padamu, dan aku tidak kawatir pada kalian, juga tidak berharap dari kalian. Bagiku, kalian tak lebih dari serpihan debu atau sebiji SAWi di muka bumi, karena aku hanya melihat yang memberi bahaya dan manfaat itu tetap dari Allah azza wa-Jalla, bukan dari kalian. Budak dan tuan bagiku sama.
Beranikan untuk mengingkari dirimu dan yang lain melalui jalan syara’, bukan jalan nafsumu, kesenangan atau nalurimu. Bila syariat diam, maka berselaraslah dengan diamnya. Bila syariat bicara, maka serasilah dengan ungkapannya.
Maut mengintaimu, sudah seharusnya anda berkontemplasi. Karena itu tinggalkan ambisimu yang telah membuatmu terhina. Apa yang menjadi milikmu bakal tiba, dan apa yang menjadi milik orang lain tidak bakal anda raih. Karena itu sibukkan dirimu bersama Allah azza wa-Jalla. Jangan berambisi mencari apa yang menjadi milikmu dan yang bukan milikmu. Allah SWT telah berfirman, “Janganlah engkau pandangkan kedua matamu pada apa yang Kami hiaskan pada golongan golongan dari mereka sebagai bunga-bunga kehidupan duniawi , di dalamnya sebagai cobaan dari kami untuk mereka….” (Thaaha: 131)
Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany (Hari Ahad Pagi tanggal 20 Sya’ban tahun 545 H, di Pesantrennya) – Majalah Cahaya Sufi