Dosa to Surga, Amal Kebajikan to Neraka

Ilustrasi, bahwa dzahir belum tentu menunjukkan atas bathin dan begitu pula sebaliknya
Dulu ketika saya masih berada di tanah Madura—Kala itu masih menempuh pendidikan menengah atas (SMA) kelas 2, kebiasaan yang memang terus dilakukan yaitu mampir dan sowan ke Pesantren Syaikhona Cholil 2, tepatnya ke kediaman Alm. Ra Lilur.

Begitu banyak ilmu dan wejangan beliau yang masih saya pegang teguh dari dulu hingga sekarang. Salah satu wejangan beliau yang masih terdengar tabu bagi orang yang kurang berilmu, yaitu “Perbuatan dosa mendekatkan diri kita ke surga sedangkan amal kebajikan mendekatkan diri kita pada neraka.”

Bagi saya, pernyataan tersebut begitu aneh dan nyeleneh karena keluar dari lisan seorang ulama besar di Bangkalan-Madura. Pun bagi sebagian orang yang tidak sampai maqamnya.

Baca Juga : 

Tentu saja saya cukup kaget mendengar perkataan ulama tersebut. Saya juga yakin pasti pembaca merasa bingung, heran dan akan merasakan hal lainnya. Seperti di luar kepala. Mengapa? Karena hal itu sangat ganjil bahkan begitu kontradiktif terhadap saya dan orang-orang pada umumnya.

Berkaitan dengan ilmu agama yang kita pelajari di madrasah dan pesantren. Di madrasah dan pesantren diajarkan bahwa perbuatan dosa pasti akan mendekatkan diri pada neraka sedangkan amal kebajikan pasti akan mendekatkan diri kita pada surga.

Akan tetapi, ketika saya sudah berusia 2 dasawarsa—20 tahun ke atas, alias berumur 23 tahun, saya baru peka dan paham akan apa yang beliau katakan sebelum beliau wafat meninggalkan semuanya. Sehingga, saya sangat setuju dengan perkataan ulama tersebut.

Tentu hal itu saya yakini ketika saya telah banyak memakan asam garam dan juga menikmati pahit manisnya hidup selama ini. Ya, saya memahami, dan perkataan beliau bisa diserap oleh orang-orang yang sudah menginjak fase dewasa. Kenapa demikian?

Perhatikan lingkungan sekitar!

Banyak orang-orang yang merasa amal ibadahnya telah sempurna, lalu dirinya menggangap sinis (mengejek atau memandang rendah) orang-orang yang berbuat dosa. Artinya, tidak sejalan atau tidak satu frekuensi dengan dirinya.

Selain itu, terkadang dirinya juga melakukan ghibah terhadap dosa para pendosa. Tanpa terasa orang yang katanya telah banyak beramal saleh dan rajin salat itu merasa tinggi hati dan ujub atas banyaknya amal saleh yang telah ia perbuat kepada Allah SWT.

Baca Juga :

Sedangkan seorang pendosa, bila ia telah sungguh-sungguh bertaubat pada Allah SWT, maka ia akan melakukan segala bentuk upaya agar bisa selalu mengerjakan perbuatan baik kepada sesama ciptaan Allah SWT.

Mulutnya akan lebih banyak mengucapkan istighfar dan shalawat ketimbang membicarakan, menggunjing perbuatan orang lain. Ia (si pendosa) juga tidak akan mudah membicarakan, mengumbar dan juga membuka aib orang lain. Karena ia sadar bahwa dosa (maksiat) yang telah ia perbuat selama ini jauh lebih besar dan ia takut Allah SWT tidak menerima taubatnya.

Jadi, hal tersebut membuat terketuk hatinya untuk tidak lagi menambah dosa dengan cara membicarakan dosa-dosa orang lain dengan anggapan apa pun.

Oleh karena itu, menjadi perhatian bersama terutama kepada para hamba di muka bumi bahwa dzahir belum tentu menunjukkan atas bathin dan begitu pula sebaliknya. Maka, teruslah instropeksi diri jangan mudah mengurusi.


Penulis : Abdi Aliev, Aktivis PMII STAI At-Taqwa Bondowoso

Editor : Haris

LihatTutupKomentar

Terkini