IPNU IPPNU Juwana Gandeng Kiai Dalang Adakan Ngaji Budaya

 

KH. Ilham Supriyanto sedang mengisi ngaji budaya di Juwana dengan gaya uniknya, yaitu dakwah menggunakan wayang

JUWANA- Hari Pahlawan menjadi momen bersejarah bagi Bangsa Indonesia. 10 November diperingati sebagai bentuk rasa hormat atas jasa para Pahlawan yang telah gugur dan berkorban demi Negara. Inilah yang disampaikan oleh KH  Ilham Supriyanto, ketu LDNU Pati. 

ungkapan itu disampaikan dia di depan puluhan pelajar NU yang tergabung dalam Pengurus Anak Cabang IPNU/IPPNU Kecamatan Juwana, Rabu (10/11) malam. 

Kegiatan yang digagas oleh Departemen Olahraga, Seni dan Budaya PAC IPNU/IPPNU Juwana tersebut dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 2021. Mengusung tema besar Ngaji Budaya, agenda tersebut berlangsung cukup meriah di gedung TPQ Manba'ul Huda, Bakaran Kulon Juwana. 

Bukan hanya para pelajar NU, para pengurus Banom NU se-Kecamatan Juwana juga tampak antusias menyimak Ngaji Budaya dari kiai yabg menggunakan media wayang kulit sebagai alat dakwahnya tersebut. 

Fokus Angkat Budaya

Kehadiran KH. Ilham di Juwana bukan tanpa alasan. Panitia, diwakili Widodo Adi, Kepala Departemen Olahraga, Seni dan Budaya IPNU Juwana menegaskan bahwa para pemuda sudah saatnya kembali kepada budayanya sendiri.  

Seperti diketahui bersama, KH. Ilham merupakan sosok dai dengan metode dakwah yang unik. Kiai sekaligus dalang tersebut menggunakan wayang sebagai media dakwahnya.

"Wayang itu budaya jawa yang hampir tidak diminati," ungkap Adi.

Dengan tema 'Minangka Dinane Para Pejuang Lan Mongko Ojo Lali Mara Kabudaya', para generasi muda NU tersebut begitu semangat mengikuti jalannya ngaji budaya. Hal ini, lanjut Adi juga ditujukan untuk menarik minat para pelajar dan pemuda untuk turut serta dalan organisasi IPNU dan IPPNU. Menurutnya, semangat organisasi di kalangan pemuda di Kecamatan Juwana masih perlu ditingkatkan lagi. 

Sementara itu, Faiz Alim Rosyada, ketua PAC IPNU Juwana menjelaskan alasan dibalik pengambilan tema tersebut. Menurut dia, menghormati pahlawan berarti harus juga mempertahankan budaya lokal, sebagai bagian yang ikut terjajah. 

"Dulu kita punya budaya sendiri, tapi setelah orang Eropa datang dengan gaya hidul mereka, seolah-olah budaya kita menjadi budaya kelas dua yang kehilangan eksistensi di rumah sendiri. Kita terjajah dalam konteks budaya," terang dia.(lpj/lut/ltn)

LihatTutupKomentar

Terkini