Teks dan Penjelasan Syarah Nadhom Imrity Bab Alamat I'rab Jar

بَابُ عَلاَمَاتِ الخَفْضِ
(Bab Alamat I’rab Jar)

عَلاَمَةُ الخَفْضِ الَّتِي بِهَا انْضَبَط # كَسْرٌ وَيَاءٌ ثُمَّ فَتْحَةٌ فَقَطْ
Terjemah:
Alamatnya i’rab jar yang telah ditentukan yaitu hanya kasrah (sebagai alamat yang asli), ya’ kemudian fathah (sebagai ganti dari kasrah).

Penjelasan Syarah:
Alamat i’rab jar itu ada 3:
1. Kasrah
2. Ya’
3. Fathah
Adapun kasrah sebagai alamat i’rab jar yang asli sedangkan ya’ dan fathah sebagai i’rab jar pengganti dari kasrah.

فَاخْفِضْ بِكَسْرٍ مَا مِنَ الأَسْمَا عُرِفْ #  فِي رَفْعِهِ بِالضَّمِّ حَيْثُ يَنْصَرِفْ
Terjemah:
Maka jar kanlah dengan alamat kasrah pada isim-isim yang alamat rafa’nya dengan memakai alamat (tanda) dhommah sekiranya ia munsorif (dapat ditanwin).

Penjelasan Syarah:
Adapun kasrah menjadi alamat (tanda) i’rab jar bertempat pada 3 tempat:
1). Isim mufrad munsorif (bertanwin). Seperti: مَرَرْتٌ بِزَيْدٍ
2). Jama’ taksir yang munsorif (bertanwin). Seperti: مَرَرْتُ بِرِجَالٍ
3). Jama’ mu’annas salim. Seperti: مَرَرْتُ بِهِنْدَاتٍ

وَاخْفِضْ بِيَاءٍ كُلَّ مَا بِهَا نُصِبْ # وَالْخَمْسَةَ الأَسْمَا بِشَرْطِهَا تُصِبْ

Terjemah:
Dan jarkanlah dengan alamat (tanda) ya’ pada setiap isim yang dinasobkan dengan ya’ dan pada asma’ul khomsah dengan memenuhi syarat-syaratnya.

Penjelasan Syarah:
Ya’ menjadi alamat (tanda) i’rab jar bertempat pada 3 tempat yaitu:
1). Isim tasniyah atau mutsanna. Seperti: مَرَرْتُ بِزَيْدَيْنِ
2). Jama’ mudzakkar salim. Seperti: مَرَرْتُ بِالْمُسْلِمِيْنَ
3). Asma’ul khomsah. Seperti: نَظَرْتُ إِلىَ أَبِيْكَ

 وَاخْفِضْ بِفَتْحٍ كُلَّ مَا لاَ يَنْصَرِفْ مِمَّا بِوَصْفِ الْفِعْلِ صَارَ يَتَّصِفْ
بِاَنْ  يَحُوْزَ اْلاِسْمُ عِلَّتَيْنِ  #  اَوْ عِلَّةً  تُغْنِى عَنِ اثْنَتَيْنِ
Terjemah:
Dan jarkanlah dengan menggunakan alamat (tanda) fathah pada setiap isim ghoiru munsorif yaitu isim-isim yang memiliki kesamaan sifat dengan sifatnya fi’il, bila isim itu mempunyai illat dua atau illat satu yang mencakup illat dua.

Penjelasan Syarah:
Adapun kalimat isim apabila menyerupai dengan kalimat huruf maka ia dihukumi mabni. Namun apabila tidak menyerupai dengan kalimat huruf maka ia di hukumi dengan mu’rab.


Pembagian isim mu’rab
Isim mu’rab dibagi menjadi 2 bagian:
  1. Isim munsorif (bisa bertanwin).
  2. Isim ghoiru munsorif (tidak bisa bertanwin).
1). Isim munsorif adalah kalimat isim yang tidak memiliki kesamaan sifat dengan sifatnya kalimat fi’il. Alamat (tanda) jarnya isim musorif adalah kasrah.
2). Isim ghoiru munsorif adalah kalimat isim yang memiliki kesamaan sifat dengan sifatnya kalimat fi’il. Dan alamat (tanda) jarnya isim ghoiru musorif adalah fathah.

Setiap kalimat fi’il itu mempunyai dua illat yaitu lafdzi dan maknawi.
1. Mengenai lafadznya, ia berasal dari masdar.
2. Mengenai ma’nanya, ia selalu membutuhkan pada fa’il untuk memberi pengertian.
Apabila ada kalimat isim yang memiliki dua illat, yang satu mengenai lafadznya dan satunya lagi mengenai maknanya atau ia hanya memiliki satu illat namun memiliki kemampuan sebagai dua illat maka isim tersebut adalah isim ghoiru munsorif.

فَأَلِفُ التَّأْنِيْثِ اَغْنَتْ وَحْدَهَا # وَصِيْغَةُ اْلجَمْعِ اَّلذِى قَدِ اْنتَهَى
Terjemah:
Maka alif taknis cukup (dalam menghalangi kemunsorifan isim) dengan dirinya sendiri, sebagaimana halnya shighot muntahal jumu’.

Penjelasan Syarah:
Illat satu yang dapat menghalangi kemunsorifan kalimat isim itu ada 2 macam, yaitu:
1. Alif ta’nis (alif untuk tanda perempuan)
2. Shigot muntahal jumu’


Dua illat tersebut menghalangi kemunsorifan kalimat isim cukup dengan dirinya sendiri tanpa harus bersamaan dengan illat lain, karena masing-masing itu memiliki kemampuan sebagaimana illat dua.

1). Alif ta’nis dibagi menjadi 2 macam:
  1. Alif ta’nis maqsurah yaitu alif layyinah (bukan hamzah). Seperti lafadz حُبْلىَ
  2. Alif ta’nis mamdudah yaitu alif yang diganti hamzah yang terletak sesudah alif. Seperti lafadz صَحْرَاءُ.
Alif ta’nis cukup dengan illat dirinya sendiri karena alif itu menunjukkan pada ta’nis (perempuan), hal ini sama dengan illat ma’nawi. Dan alif itu selalu menetap pada isim yang dimasukinya (tidak perlu dilepas) ini sama dengan illat lafadzi.

2). Shighot muntahal jumu’ yaitu shighotnya jama’ taksir yang sudah tidak dapat di jama’kan lagi. Dalam artian yakni setiap jama’ yang mana setelah alif taksirnya ada dua huruf atau tiga huruf namun huruf yang tengah mati. Yaitu jama’ taksir yang mengikuti wazan فَعَائِلُ، فَعَالِلُ، فَعَالِيْلُ، مَفَاعِلُ، مَفَاعِيْلُ، فَوَاعِلُ seperti lafadz دَرَاهِمُ، سَحَائِبُ، ضَوَارِبُ، مَصَابِيْحُ، مَسَاحِدُ.
Shighot muntahal jumu’ cukup dengan illat dirinya sendiri karena jama’ itu sama dengan illat ma’nawi dan ia adalah jama’yang penghabisan (terakhir) dan tidak dapat di jama’kan lagi, ini sama dengan illat lafdzi.

وَاْلعِلَّتَانِ اْلوَصْفُ مَعْ عَدْلٍ عُرِفْ  اَوْ وَزْنِ فِعْلٍ اَوْبِنُوْنٍ وَاَلِفْ
Terjemah:
Dua illat yang mencegah kemunshorifan isim yaitu: berkumpulnya sifat bersama udul atau bersama wazan fiil atau bersama alif nun.

Penjelasan Syarah:
Dua illat yang menghalangi kemunshorifan isim itu di bagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Illat lafdzi yang bersamaan dengan illat ma’nawi wasfiyyah (sifat).
b. Illat lafdzi yang bersamaan dengan illat ma’nawai almiyyah (nama).

Illat lafdzi yang bersamaan dengan illat ma’nawi wasfiyyah ada tiga macam yaitu:
  1. Udul
  2. Wazan fiil
  3. Zidah alif nun.
1). Udul : merubah kalimat isim dari bentuk aslinya ke bentuk yang lain bukan karena i’lal dan bukan karena di samakan pada kalimah lain dan dua bentuk tersebut ma’nanya sama, (tidak berubah dari ma’na aslinya). Seprti مَثْنَى dari اِثْنَيْنِ اِثْنَتَيْنِ dan ثُلاَثُ dari ثَلاَثَةٌ udul ini disebut udul tahqiqi.
2). Wazan fi’il : mengikuti wazan أَفْعَلُ apabila mu’annasnya tidak memakai ta’ seperti أَفْضَلُ, أَحْمَرُ mu’annasnya فُضْلَى، حَمْرَاءُ
3). Ziadah alif nun : mengikuti wazan فَعْلاَنُ apabila mu’annasnya tidak memakai ta’ ta’nis seperti سَكْرَانُ mu’annasnya سَكْرَى dan عَطْشَانُ mu’annasnya عَطْشَى.

وَهَذِهِ الثَّلاَثُ تَمْنَعُ اْلعَلَمْ # وَزَادَ تَرْكِيْبًا وَاَسْمَاءَ اْلعَجَمْ
كَذَاكَ تَأْنِيْثٌ بِما عَدَا اْلاَلِفْ # فَاِنْ يُضَفْ اَوْ يَأْتِى بَعْدَ اَلْ صُرِفْ
Terjemah:
Ketiga illat ini mencegah kemunshorifan isim bersama dengan illat alam dan ditambah illat takrib mazji dan illat nama ajam dan ta’nis yang tidak memakai alif. Apabila isim ghoiru munshorif dimudhofkan atau terletak sesudah ال maka isim tersebut berubah menjadi munshorif.

Penjelasan Syarah:
Illat lafdzi yang bersamaan dengan illat ma’nawi alamiyyah (nama) ada enam macam, yaitu:
  1. Udul
  2. Wazan fi’il
  3. Ziadah alif nun
  4. Tarkib mazji 
  5. Nama ajam 
  6. Ta’nis (perempuan) yang tidak menggunakan alif
1). Udul takdiri. Seperti lafadz عُمَرُ ia jelas isim ghoiru munshorif, namun illat  yang menyertai almiyyah tidak mereka ketemukan, maka mereka mengira-ngirakan bahwa lafadz itu pindahan dari عَامِرٍ (udul taqdiri) supaya tidak melanggar kaidah bahwa kalimat isim itu pasti munshorif kecuali ia memiliki illat dua atau illat satu yang mempunyai kemampuan illat dua.
2). Wazan fi’il : wazan yang hanya ada pada kalimat fi’il atau umumnya dipakai oleh kalimat fi’il. Seperti اَحْمَدُ
3). Zaidah alif nun : (tambahan alif dan nun) seperti: عِمْرَانُ، حَمْدَانُ
4). Tarkib mazji : apabila tidak di akhiri oleh lafadz وَيْه seperti بَعْلَبَكَّ
5). Nama ajami : nama yang berasal dari bahasa selain arab. Semua namanya para nabi adalah nama ajam kecuali نُوْحٌ، مُحَمَّدٌ، صَالِحٌ، شُعُيْبٌ، هُوْدٌ، شِيْثٌ، لُوْطٌ begitu pula nama para malaikat kecuali نَكِيْرٌ، مَالِكٌ، رِضْوَانُ، مُنْكَرٌ tetapi lafadz رِضْوَانُ termasuk isim ghoiru munshorif karena illat alamiyyah dan ziadah alif nun .
6). Ta’nis : yang tidak menggunakan huruf alif.
ta’nis ada tiga macam:
  1. Ta’nis dengan alif, cukup dengan illat satu. Seperti حُبْلىَ، حَمْرَاءُ
  2. Ta’nis dengan ta’, bersamaan illat alam. Seperti طَلْحَةُ، هَمْزَةُ، فَاطِمَةُ
  3. Ta’nis tidak dengan alif dan tidak dengan ta’, (ta’nis ma’nawi ) bersamaan alam. Seperti زَيْنَبُ
Macam yang ketiga ini wajib di ghoiru-munshorifkan apabila padanya terdapat salah satu dari empat perkara, yaitu : 
  1. Hurufnya lebih dari tiga, seperti زَيْنَبُ، سُعَادُ 
  2. Huruf yang tengah berharokat, seperti سَقَرُ
  3. Nama ajam, (non arab) seperti جُوْرُ
  4. Nama laki - laki yang dibuat nama perempuan, seperti زَيْدُ

Apabila salah satu dari empat perkara ini tidak di temukan maka boleh di munshorifkan dan boleh tidak dimunshorifkan, seperti lafadz هِنْدُ/هِنْدٌ
Isim ghoiru munsorif apabila di mudlofkan atau terletak sesudah ال maka ia dijarkan dengan alamat (tanda) kasroh, walaupun tidak di tanwin, seperti: مَرَرْتُ بِأَحْمَدِكُمْ وَبِالْمَسَاجِدِ.

Demikianlah teks dan penjelasan syarah nadhom imrity bab 'alamat i'rab jar (khafadz). Wallahu 'A'lam.
LihatTutupKomentar

Terkini