Inilah Perincian Hukum Membaca Basmalah

5 Macam Hukum Membaca Basmalah
Pertanyaan:
Bagaimana perincian hukum membaca basamalah?

Jawaban:
Membaca basmalah (اَلْبَسْمَلَةُ) memiliki 5 macam hukum ialah sebagai berikut:
1). Wajib, ialah ketika dalam melaksanakan sholat.
2). Sunnah, sunnah disini ada dua macam: pertama, sunnah 'ain yakni sunnah yang berlaku pada setiap individu seperti berwudhu' dan mandi. Kedua, sunnah kifayah yakni sunnah yang hanya cukup diwakilkan oleh satu orang saja seperti ketika makan bersama dan berhubungan badan antara suami istri.
3). Haram, ialah ketika melakukan perkara yang dzatnya dihukumi haram, seperti zina.
4). Makruh, ialah ketika melakukan perkara yang dzatnya dihukumi makruh, seperti melihat kemaluannya istri.
5). Mubah, ialah ketika melakukan perkara yang diperbolehkan dan tidak memiliki keutamaan, seperti membawa dagangan.


Dalam kitab I'anatu al-Thaliibin (إعانة الطالبين) Juz 1 halaman 9 telah dijelaskan mengenai tentang hukum membaca basmalah ialah sebagai berikut:
اَلْبَسْمَلَةُ مَطْلُوْبَةٌ فِي كُلِّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ - أَيْ حَالٍ - يُهْتَمُّ بِهِ شَرْعًا، بِحَيْثُ لاَ يَكُوْنُ مُحَرَّمًا لِذَاتِهِ وَلاَ مَكْرُوْهًا كَذَلِكَ، وَلاَ   مِنْ سَفَاسِفِ الْأُمُوْرِ - أَيْ مُحْقِرَاتِهَا - فَتَحْرُمُ عَلىَ الْمُحَرَّمِ لِذَاتِهِِ كَالزِّنَا، لَا لِعَارِضٍ كَالْوُضُوْءِ بِمَاءٍ مَغْصُوْبٍ
وَتُكْرَهُ عَلىَ الْمَكْرُوْهِ لِذَاتِهِ كَالنَّظَرِ لِفَرْجِ زَوْجَتِهِ، لاَ لِعَارِضٍ كَأَكْلِ الْبَصَلِ
وَلاَ تُطْلَبُ عَلىَ سَفَاسِفِ الْأُمُوْرِ، كَكَنْسِ زَبَلٍ، صَوْنًا لِاِسْمِهِ تَعَالىَ عَنْ اِقْتِرَانِهِ بِالْمُحْقِرَاتِ
وَالْحَاصِلُ أَنَّهَا تَعْتَرِيْهَا الْأَحْكَامُ الْخَمْسَةُ: الْوُجُوْبُ، كَمَا فِي الصَّلاَةِ عِنْدَنَا مَعَاشِرَ الشَّافِعِيَّةِ - وَالْاِسْتِحْبَابِ عَيْنًا: كَمَا فِي الْوُضُوْءِ وَالْغُسْلِ، وَكِفَايَةً: كَمَا فِي أَكْلِ الْجَمَاعَةِ، وَكَمَا فِي جِمَاعِ الزَّوْجَيْنِ، فَتَكْفِي تَسْمِيَّةُ أَحَدِهِمَا - كَمَا قَالَ الشَّمْسُ الرَّمْلِى أَنَّهُ الظَّاهِرُ - وَالتَّحْرِيْمُ فِي الْمُحَرَّمِ الذَّاتِي، وَالْكَرَاهَةُ فِي الْمَكْرُوْهِ الذَّاتِي، وَالْإِبَاحَةِ فِي الْمُبَاحَاتِ الَّتِي لَا شَرَفَ فِيْهَا، كَنَقْلِ مَتَاعٍ مِنْ مَكَانٍ إِلىَ آَخَرَ، كَذَا قِيْلَ (إعانة الطالبين لبجزء الأول ص ٩)

Artinya: "Membaca basmalah itu dianjurkan dalam berbagai hal yang mana syara’ memperhatikan hal itu, dengan gambaran sekira hal itu tidak diharamkan karena subtansinya dan tidak dimakruhkan sebagaimana hal itu dan tidak dari hal yang remeh. Maka dari itu, membaca basmallah di haramkan atas perkara yang di haramkan karena subtansinya seperti zina, bukan karena keharaman dari suatu hal yang sifatnya baru seperti wudhu’ dengan air ghosob. Basmalah hukumnya makruh atas suatu hal  yang makruh sebab subtansinya seperti melihat kemaluan istri, bukan karena kemakruhan dari suatu hal yang sifatnya baru seperti makan bawang. Basmalah tidak dianjurkan untuk dibaca atas hal-hal yang hina seperti menyapu kotoran hewan karena untuk menjaga nama kebesaran Allah ta’ala dari menyertakannya dengan hal hal yang sifatnya hina. Kesimpulannya sesungguhnya membaca basmalah terdapat lima klasifikasi hukum: wajib seperti dalam sholat menurut kita golongan safi’iyyah, sunah ‘ain, seperti dalam wudhu dan mandi, sunah kifayah seperti makan secara bersama sama dan sebagaimana dalam melakukan hubungan badan dengan pasangan yang halal dan dalam hal ini cukup salah satu dari kedua pasangan untuk membaca basmalah sebagaimana keterangan dari imam Syamsuddin Ar-Ramli. Dan hukumnya haram dalam hal yang diharamkan subtansinya, makruh dalam hal yang makruh sebab subtansinya, boleh dalam hal-hal yang boleh yang tidak ada kemuliaan dalam hal itu seperti memindah harta dari satu tempat ke tempat lain".

Demikianlah penjelasan tentang perincian hukum membaca basmalah yang kami ambil dari kitab I'anatu al-Thalibin. Wallahu a'lam.

Refrensi
  • I'anatu al-Thalibin Juz.1 Hal. 9
LihatTutupKomentar

Terkini