بَابُ الْاَفْعَالِ
(Bab Fi'il Fi'il)
اَفْــعَـــالُهُمْ ثَـــلاَثَةٌ فِى اْلوَاقِــعِ # مَاضٍى وَفِعْلُ اْلاَمْرِ وَالْمُضِارِعِ
Terjemah:Menurut mereka (ahli nahwu) fi’il itu ada tiga, yaitu fi'il madhi, fi'il amar' dan fi'il mudhori'.
Penjelasan Syarah:
Menurut ulama ahli nahwu kalimat fi’il itu ada tiga macam: 1. fi’il madhi 2. fi’il mudhori’ 3. fi'il 'amar.
1). Fi'il madhi adalah kalimat yang menunjukkan perbuatan (kejadian) yang sudah berlalu atau sudah selesai.
Contoh: لَعِبَ اَلْأَوْلاَدُ (anak anak itu telah bermain).
2. Fi'il mudhori' adalah kalimat yang menunjukkan perbuatan (kejadian) yang sedang berlangsung atau mendatang.
Contoh: يَلْعَبُ اَلْأَوْلَادُ (anak anak itu sedang ata akan bermain).
3. Fi'il 'amar adalah kalimat yang menunjukkan arti perintah yang akan datang.
Contoh: يَا اَلْأَوْلاَدُ اُدْخُلُوْا الْفَصْلَ (wahai anak anak! masuklah kalian semua ke kelas).
Baca Juga: Penjelasan Syarah Nadzom Maqsud
فَاْلمَاضِى مَفْتُوْحُ اْلاَخِيْرِ اِنْ قُطِعْ # عَنْ مُضْمَرٍ مُحَرَّكٍ بِـــهِ رُفِعْ
فَاِنْ اَتَى مَعْ ذَا الضَّــــمِيْرِ سُكِّنَا # وَضَمُّـــهُ مَعْ وَاوِ جَمْعٍ عُيِّنَا
Terjemah:
Fi'il madhi itu huruf akhirnya dimabnikan fathah jika terputus dari dhomir rofa' mutaharrik. Maka bila fi'il madhi itu bersamaan dengan dhomir rofa' mutaharrik (dhomir rofa' yang berharokat) maka ia dimabnikan sukun, dan dimabnikan dhommah jika bersama dengan wawu jama'.
Penjelasan Syarah:
Adapun mabninya fi'il madhi itu ada 3 macam:
1. Mabni fathah
2. Mabni sukun
3. Mabni dhommah.
1). Mabni fathah: bila ia tidak bertemu dhomir rofa' mutaharrik dan wawu jama'. Contoh: فَعَلَ
2). Mabni sukun: bila bertemu dengan dhomir rofa' mutaharrik. Contoh: فَعَلْتَ
3). Mabni dhommah: bila bertemu dengan wawu jama'. Contoh: فَعَلُوْا
وَاْلاَمــْرُ مَــبْنِيٌّ عَلَى السُّــكُوْنِ # أَوْ حَذْفِ حَرْفِ عِلَّةٍ اَوْنُوْنِ
Terjemah:
Fi'il 'amar itu dimabnikan sukun atau membuang huruf illat atau nun.
Penjelasan Syarah:
Adapun mabninya fi'il amar itu ada 3:
1. Sukun
2. Membuang huruf 'illat
3. Membuang nun
1). Sukun: bila akhirnya berupa huruf shohih dan tidak bertemu dhomir alif tasniyyah, wawu jama', ya' mu’annas mukhotobah dan tidak bertemu dengan nun taukid.
Contoh: إِجْلِسْ (duduklah).
Keteranga:
Apabila bertemu dengan nun taukid maka dimabnikan fathah.
Contoh: يَا عَلِيُّ اِحْفَظَنْ هَذَا الدَّرْسَ (Hai Ali! sungguh hafalkan pelajaran ini).
2). Membuang huruf illat: bila akhirnya berupa huruf 'illat dan tidak bertemu dhomir alif tasniyyah, wawu jama', ya' mu’annas mukhọtobah dan tidak bertemu dengan nun taukid.
Contoh: یَا عَلِىُّ أُدْعُ الطَّبِيْبَ (Hai Ali! panggilkan dokter), asalnya adalah اُدْعُوْ.
Keterangan:
Apabila bertemu dengan nun taukid maka dimabnikan fathah.
Contoh: یَا عَلِىُّ أُدْعُوَنَّ الطَّبِيْبَ (Wahai Ali! sungguh panggilkan dokter)
3). Membuang nun: bila bertemu dhomir alif tasniyyah, wawu jama', dan ya’ mu’annas mukhotobah. Contoh: يَا هِنْدُ اِحْفَظِي دَرْسَكِ (Wahai Hindun! hafalkan pelajaranmu), asalnya adalah اِحْفَظِينَ.
Kesimpulan:
Mabninya fi’il amar itu sesuai dengan tanda jazem fi'il mudlori’nya. Apabila fi’il mudlori’nya dijazemkan dengan tanda sukun maka 'amarnya dimabnikan sukun, apabila fi’il mudlori’nya dijazemkan dengan tanda membuang huruf illat maka 'amarnya dimabnikan membuang huruf illat, apabila fi'il mudlori’nya dijazemkan dengan tanda membuang nun maka 'amarnya dimabnikan membuang nun.
وَافْتَتَحُوْا مُضَــــارِعًا بِـــــوَاحِدِ # مِنَ اْلحـُرُوْفِ اْلاَرْبَعِ الزَّوَائِدِ
هَمْزٌ وَنُــــــوْنٌ وَكَــــــــذَا يَاءٌ وَتَا # يَجْمَعُهَا قَوْلِى اَ نـَيْـتُ يَا فَتَى
Terjemah:
Mereka (ulama ahli nahwu) mengawali fi'il mudhori' dengan salah satu dari huruf za'idah yang empat yaitu: hamzah dan nun, demikian pula ya' dan ta' yang terkumpul dalam ucapan:
أَنَيْتُ يَا فَتَى (wahai pemuda! aku telah dekat)
Penjelasan Syarah:
Fi'il mudhori' itu harus dimulai oleh salah satu dari huruf tambahan yang jumlahnya ada empat yaitu : hamzah, nun, ya' dan ta' dengan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1). Hamzah, dignakan untuk seorang yang berbicara (saya).
Contoh: أَنَا أَرْسُمُ (aku sedang menggambar)
2. Nun, digunakan untuk:
a). Orang yang berbicara dengan disertai oleh orang lain.
b). Seorang yang berbicara yang menganggap dirinya agung (kita/kami).
Contoh: نحن نَرْسُمُ اَلْحَيَوَانَ (kita/kami sedang menggambar hewan).
3. Ya', digunakan untuk:
a). Laki-laki yang go'ib (tidak hadir di tempat pembicaraan) baik satu orang atau lebih. Contoh:
زَيْدٌ يَرْسُمُ (Zaid sedang menggambar)
اَلطَّالِبَانِ يَرْسُمَانِ (Dua pelajar itu sedang menggambar)
اَلطُّلاَّبُ يَرْسُمُوْنَِ (Pelajar-pelajar putra itu sedang menggambar)
b). Perempuan banyak yang gho’ib. Contoh:
اَلطَّالِبَاتُ يَرْسُمْنَ (Pelajar-pelajar putri itu sedang menggambar)
4 Ta’, dignakan untuk:
a). Mukhotob (orang yang diajak bicara) satu laki-laki atau lebih. Contoh:
يَا زَيْدُ اَنْتَ تَرْسُمُ (Hai Zaid engkau menggambar)
يَا طَالِبَانِ اَنْتُمَا تَرْسُمَانِ (Hai dua pelajar engkau menggambar)
يَا طَالِبُوْنَ أَنْتُمْ تَرْسُمُوْنَ (Hai pelajar-pelajar laki-laki kamu semua menggambar)
b). Mukhotobah satu perempuan atau lebih (kamu/engkau).
Contoh:
يَا هِنْدُ اَنْتِ تَرْسُمِيْنَ (Hai Hindun engkau menggambar)
يَاطَالِبَتَانِ اَنْتُمَا تَرْسُمَانِ (Hai dua pelajar perempuan kamu berdua menggambar)
يَا طَالِبَاتُ أَنْتُنَّ تَرْسُمْنَ (Hai pelajar-pelajar putri kalian semua menggambar) atau,
c). Untuk satu atau dua perempuan yang gho'ib (dia)
Contoh:
هِنْدٌ تَرْسُمُ (Hindun sedang menggambar)
اَلْهِنْدَانِ تَرْسُمَانِ (Dua Hindun sedang menggambar)
وَحَيْثُ كَانَتْ فِى رُبَاعِيٍّ تُضَمْ # وَفَتْحُهَا فِيْمَا سِوَاهُ مُلْتَزَمْ
Terjemah:
Sekiranya huruf mudhoro'ah itu berada di fi'il ruba'i maka ia dibaca dhommah, dan fathahnya di selain fi'il ruba'i itu diwajibkan.
Penjelasan Syarah:
Huruf mudhoro'ah apabila berada di fi'il mudhori' mabni fa'il maka ia diharokati dhommah atau fatahah dengan ketentuan ketentuan sebagai berikut:
a. Dhommah: bila berada di fi’il ruba'i (fi'il mudhori yang fi'il madhinya terdiri empat huruf).Contoh: دَخْرَجَ - يُدَخْرِجُ (menggelincirkan)
أَخْرَجَ - يُخْرِجُ (mengeluarkan)
رَاقَبَ - يُرَاقِبُ (mengawasi)
b. Fathah: bila berada di selain fi'il ruba'i (di fi'il tsulatsi, khumasi dan tsudasi). Contoh:
كَتَبَ - يَكْتُبُ (memulis)
إِجْتَمَعَ - يَجْتَمِعُ (berkumpul)
إِسْتَأْذَنَ - يَسْتَأْذِنُ (minta izin)
Keterangan:
Apabila huruf mudhoro'ah berada di fi'il mudhori' 'mabni maful maka harus dibaca dhommah, baik di fi'il ruba'i maupun lainnya).
Contoh:
يُضْرَبُ (dipukul)
يُنْتَظَرُ (dinanti)