Dodol foto by Google
Oleh Prof. Admi Syarif, PhD
TANPA terasa esok hari raya Idul Fitri sudah tiba. Pastinya kita semua akan menyambut kehadiran sanak keluarga dan handai taulan dengan gembira ria. Berbagai makanan khas lebaran ulun Lampung pasti sudah berjejer di meja. Bicara soal kuliner Lampung memang tidak ada habisnya.
Dihari terakhir puasa ini, kembali saya akan memperkenalkan makanan khas lebaran ulun Lampung. Kira-kira apa ya? Pastinya bangek-bangek ya gaes ! Namun sebelum kita bahas, kita sajikan pantun berikut dulunya.
Kuda mana yang tuan senangi;
Tentu yang hitam cepat larinya;
Gadis mana yang tuan cari;
Gadis Lampung putih kulitnya
Teringat kenangan puluhan tahun lalu, berbagai kue atau juadah yang dibuat menjelang lebaran. Salah satu kue yang harus ada saat lebaran bagi ulun Lampung adalah dodol atau wajik. Sekali lagi, bukan hanya sekadar pelengkap, penganan ini buat "ulun" Lampung memang sangat penting dan memiliki berbagai makna. Bahkan, ulun Lampung meyakini keduanya memiliki makna dan doa yang tersirat.
Lalu makna dan doa apa sih sehingga pada hari raya lebaran wajib ada wajik dan dodol ?
Wajik dan dodol adalah makanan yang terbuat dari bahan dasar yang sama, gula kelapa/aren, santan dan ketan hitam. Wajik Lampung sangat dikenal sampai sekarang ini, dan mudah ditemui di pasar tradisional di Lampung. Umumnya, wajik berwarna cokelat, karena biasanya menggunakan gula kelapa/gula aren.
Makanan lain yang juga biasanya wajib ada adalah dodol. Sama seperti wajik, dodol Lampung biasanya juga dibuat dari ketan hitam dan gula kelapa. Proses pembuatannya sama seperti wajik, hanya saja ketan hitam untuk membuat dodol ditumbuk telebih dahulu.
Perbuatan kedua makanan ini membutuhkan waktu yang lama, terutama proses mengaduk (bhs Lampung Ngegaleu). Terkenang saat lebaran puluhanbtahun lalu, kami pasti mendapat tugas "ngejaleu" dodol dan/atau wajik saat menjelang lebaran.
Menurut ibunda saya, karena keduanya membutuhkan waktu lama dan kesabaran yang tinggi dalam pembuatannya, keberadaan makanan ini memiliki makna dan ekspresi sebagai harapan semoga seusai lebaran ini diberkahi dengan kesabaran.
Lebih jauh, dari beberapa nasehat orang tua, karena terbuat dari beras ketan yang lenget, dodol dan wajik juga diharapkan dapat menjadi simbol lengketnya atau eratnya hubungan persaudaraan kedua keluarga dalam keluarga ulun Lampung.
Momen lebaran ulun Lampung dan aneka kuliner berikut makna yang terkandung di dalamnya memang akan selalu menarik untuk dibahas. Kekayaan dan keragaman kebudayaan ulun Lampung ini secara tegas menunjukan eksistensi ulun Lampung sejak dulu.
Selamat Hari Raya Idul Fitri,
Mohon maaf lahir dan Bathin.
Ingok ! Dang lupo BAHAGIA geh !
*) Prof. Admi Syarif, PhD
(Glr. Radjo Mergo)