Siti Hajar Dibalik Kisah Pengorbanan Nabi Ibrahim (2)

Ketika Ismail a.s beranjak remaja (menurut bahasa Al-Quran (QS. Ash-shoffaat) 102) “ sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama….”) Ibrahim a.s datang menjenguk Hajar dan putranya di lembah yang dulunya sepi, dan kini telah menjadi sebuah perkampungan yang sangat ramai. Dan dalam masa-masa kunjungan inilah Ibrahim a.s diperintahkan Allah SWT untuk melaksanakan “kurban” dengan menyembelih putra yang sangat-sangat disayanginya ISMAIL a.s.

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, bahwa beberapa saat setelah Hajar mengizinkan Ibrahim membawa Ismail (untuk melaksanakan “kurban” sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT), maka datanglah Iblis laknatullah kepada Hajar yang ketika itu duduk di depan rumahnya yang tidak begitu jauh dari sumur Zam-Zam.

Iblis laknatullah yang menyamar sebagai laki-laki tersebut berkata kepada Hajar, bahwa kedatangan Ibrahim ke tempat mereka bukanlah untuk mengobati rindu dan arena kecintaannya kepada mereka, melainkan untuk menyembelih Ismail a.s. Dan mendengar perkataan Iblis tersebut, Hajar dengan tenang menjawab: “Wahai orang asing, engkau pasti salah dan telah menebar fitnah kepada keluargaku. Tak mungkin Ibrahim berbuat demikian, ia adalah seorang ayah yang shalih dan sangat mencintai anaknya.”

Iblis menjawab: “Kalau benar ia orang yang shalih dan mencintai kalian, mengapa dulu kalian ditelantarkannya di lembah ini; lembah yang kering kerontang dan tiada berpenghuni?”

“Engkau juga salah dalam hal ini, Ibrahim tidak menelantarkan kami, tapi atas perintah Allah ia menempatkan kami di tempat yang subur ini. Apakah matamu sudah buta, bahwa tempat ini penuh dengan rahmat dan berkah Allah, sudah banyak penghuninya dan subur makmur keadaannya? Sekarang menjauhlah dariku, bawalah fitnahmu itu.” Dan seiring dengan itu Hajar lalu mengambil sebongkah kerikil dan menyambitkannya kepada Iblis laknatullah.

Iblis tidak menyerah begitu saja, ia berkata lagi kepada Hajar: “Tapi yang kukatakan bahwa Ibrahim ingin menyembelih dan mengurbankan anaknya adalah sesuatu yang benar. Apakah engkau tidak melihat Ibrahim membawa pisau dan tali tatkala membawa anakmu tadi?”

Dengan tangkas Hajar menjawab: “Ternyata engkau adalah orang yang bodoh dan bebal. Ibrahim membawa pisau dan tali adalah lantaran ia seorang pengembala, maka tentulah kedua benda itu sangat diperlukannya. Sekarang sekali lagi kuminta agar engkau pergi menjauh dariku.” Hajar kembali mengambil sebongkah kerikil yang  lebih besar dari yang pertama, lalu menyambitkannya kepada Iblis laknatullah.

Iblis belum putus asa dan tetap berusaha membujuk Hajar: “Percayalah padaku, Ibrahim itu akan menyembelih putramu. Katanya itu adalah perintah Allah, padahal Allah sama sekali tidak pernah menyuruh seorang bapak untuk menyembelih anaknya. Asal kau tahu, bahwa yang dilakukan Ibrahim itu adalah atas perintah Sarah, sebagaimana dulu Sarah menyuruh Ibrahim mengusir kalian dan menempatkannya di lembah yang kering kerontang ini. Dan sekarang alasannya adalah, bahwa Sarah sudah dianugerahi Allah seorang anak laki-laki, dan ia tidak mau anakmu menjadi saingan anaknya dalam hal meraih kasih sayang Ibrahim. Jadi cepatlah susul mereka, sebelum Ibrahim menyembelih anakmu.”

Mendengar itu Hajar sekarang sadar, bahwa yang dihadapinya bukanlah laki-laki biasa, melainkan adalah Iblis laknatullah. Lalu dengan membentak Hajar berkata: “Hai, ternyata engkau adalah Iblis laknatullah yang tak pernah putus asa untuk menggoda dan mengusik manusia. Hendaklah engkau dengar hai hamba yang dilaknat Allah, jika benar Sarah sudah dianugerahi Allah seorang putra, maka aku patut dan wajib bersyukur, karena kehidupan mereka tidak lagi sunyi dan hampa tanpa kehadiran seorang anak. Dan aku tidak akan pernah percaya, bahwa Sarah adalah adalah seorang perempuan jahat. Sebab sejak pertama aku mengenalnya dan bahkan ia yang menikahkan aku dengan Ibrahim, ia adalh pseorang perempuan yang baik; lembut dan penuh kesabaran serta sangat ta’at dan mencintai suaminya. Dan hendaklah engkau ketahui, bahwa sejakl awal perjumpaanku dengan Ibrahim, aku telah mencintainya dengan tulus dan ikhlas; dan begitu pula cintanya kepadaku. Namun cintaku dan cinta Ibrahim kepada Allah Ta’ala jauh lebih besar dari cinta kami berdua; bahkan Allah pun tel;ah menjadikan Ibrahim sebagai “khalil-NYA”. Tadi sudah kukatakan padamu, bahwa Ibrahim menempatkan kami di lembah ini adalah atas perintah Allah, bukan atas suruhan Sarah. Sebab tentulah Ibrahim telah diberitahukan Allah segala sesuatunya sebelum ia membawa kami kemari. Jadi sekarang kalaulah Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih dan mengurbankan anaknya sendiri dan juga anakku; maka tentulah Allah punya maksud baik dan aku wajib mendukungnya karena kecintaanku kepada Allah. Bahkan jika dikehendaki Allah, akupun siap untuk disembelih dan dikurbankan oleh Ibrahim. Sekarang dengarlah wahai makhluk yang dilaknat Allah, pergilah menjauh dariku dan jangan pernah kembali lagi untuk coba-coba merayu dan menghasutku.”  Dan seiring dengan berakhirnya perkataan yang ia ucapkan, Hajar kembali mengambil sebuah batu kerikil yang lebih besar dari yang kedua tadi, lalu dengan perasaan marah ia lemparkan kepada Iblis laknatullah. Dan seiring dengan itu pula Iblis laknatullah menghilang dari pandangan Hajar.

Sebagai seorang hamba biasa, apalagi sebagai “perempuan”; setelah Iblis laknatullahmeninggalkan dirinya, maka Hajar duduk di serambi rumahnya menunggu kepulangan Ibrahim a.s, suaminya dengan harap-harap cemas. Dan kegembiraanpun menyeruak ke dalam hatinya tatkala ia melihat Ibrahim pulang bersama Ismail dalam keadaan sehat wal’afiat tanpa kurang sesuatu apapun.

Selang beberapa saat setelah mereka berkumpul, Hajar menceritakan ikhwal yang dialaminya kepada Ibrahim a.s. Dan Ibrahim pun  mengakui, bahwa ia memang diperintahkan Allah untuk mengurbankan Ismail. Alhasil ketika perintah itu akan dilaksanakan dan juga atas persetujuan Ismail, Allah SWT menggantikan kedudukan Ismail sebagai “kurban” dengan se-ekor domba dari surga. Dan sambil meminta maaf  atas perbuatan “bohongnya” kepada Hajar, Ibrahim juga menjelaskan bahwa Iblis laknatullah telah berusaha menghalangi dirinya untuk melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah. Akan tetapi sama seperti yang dilakukan Hajar, Ibrahim juga berhasil mengusir dan melempari Iblis laknatullah dengan batu. Bahkan kemudian Ismail juga menjelaskan, dirinya pun tak luput dari godaan Iblis laknatullah; namun sama halnya dengan kedua orang tuanya; Ismail juga bisa mengatasi Iblis laknatullah; mengusir dan juga melemparinya dengan batu.

Saya tidak akan membuat kesimpulan atau menyimpulkan penggalan kisah di atas, saya ingin menyerahkannya kepada anda semua. Hikmah dan pelajaran apa yang wajib kita petik dan teladani dari “keluarga Ibrahim a.s” dalam hal mencintai dan menta’ati perintah Allah SWT.  Wallahua’lam.



 KH. Bactiar Achmad


LihatTutupKomentar

Terkini