Eka Widyasih, Anggota Pimpinan Anak Cabang Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (PAC IPPNU) Kecamatan Bondowoso |
“Dit!” bisik Gilang.
“Apaa lagi sih lang?” jawab Radita kesal.
“Ditaaaaaaaa.....,” kata Gilang sambil berteriak.
“Iiiih... Apaan sih Lang teriak-teriak, entar kedengar Bu Habibah loh...,” jawab Radita dengan perasaan kesal.
Baca Juga :
- PMII Komisariat RBA STAI At-Taqwa Bondowoso Upayakan Kembali Ke Khittoh
- Dosa to Surga, Amal Kebajikan to Neraka
- Kader Berjuta dengan Jiwa Muda di PAC IPNU IPPNU Tenggarang
Tidak lama kemudian, Ibu Habibah menyergap mereka berdua yang sedang ribut.
“Heh...heh...heh... Ada apa ini kok ribut? Gilang, Radita ada apa? Sudah selesai ulangannya? Sini kumpulkan,” kata Bu Habibah dengan nada tinggi.
“Tuh kan, lagian sih kamu ngomong keras banget deh,” bisik Radita.
“Haduuh, gimna nih. Yaudah maaf diiiit,” kata Gilang dicampur rasa takut dan meminta maaf kepada Radita.
“Gilang...,” teriak Bu Habibah sambil menuju ke tempat duduk Gilang.
“I-iya, Bu,” sahutnya sambil terpatah-patah omongannya. Melihat Ibu Habibah seakan begitu emosi atas kelakuan dirinya.
“loh... Kenapa di meja kamu ada es batu? Untuk apa Gilang? Dapat dari mana kamu?,” tanya Bu Habibah.
“eeee, begini Bu. Tadi Radita bilang kalau saya disuruh ngerjakan ulangan ini dengan kepala dingin. Nah, saya pergi ke kantin beli es batu. Untungnya ada es batu. Yaudah saya letakkan es batu itu di kepala, kan jadinya kepala saya dingin, Bu. Hehehe....,” jelas Gilang dengan santai.
Lanjut Baca :
“Astaga, Gilang. Sekarang kamu keluar dari kelas, tidak usah ikut ulangan sekarang. Saya beri nilai ulangan matematika kamu nol, cepat keluar,” tegas Bu Habibah setelah mendengar penjelasan Gilang. Sehingga, memberi hukuman untuk keluar kelas dan konsekuen nilai nol.
Kemudian, Gilang kaget setelah mendengar perkataan dari Bu Habibah. Gilang beranjak keluar dari kelas dan meminta maaf kepada Bu Habibah atas apa yang telah Gilang lakukan.
Sementara Radita beraut gembira dengan perasaan lega. Sehingga, Radita dapatmelanjutkan mengerjakan soal ulangannya, tanpa ada ganguan lagi. Sedangkan Gilang masih tetap di luar kelas sendiri dan dia merasa kesepian karena semua murid masih waktunya jam pelajaran. Gilang menunggu di luar kelas sampai bel jam istirahat berbunyi.
“Seperti bakso gulung nih nilaiku,” katanya Gilang dalam hati sambil memegang dagunya dan menatap keatas. Dalam kesunyian menyendiri.
Sontak tanpa sadar Gilang berkata atas apa yang dilakukannya benar-benar membuat dirinya terpuruk. “Haduuh, gimana ini. Sudah di keluarin dari kelas, kesepian, belum lagi dapet nilai nol. Masih nunggu bel istirahat lagiii, yaelaah mampus ni gue,” Keluh Gilang.
30 menit kemudian bel berbunyi. Semua murid telah selesai mengerjakan soal ulangan matematika. Setelah selesai mengajar, Bu Habibah keluar dari kelas 7A sambil membawa hasil ulangan para murid ke kantor.Saat Bu Habibah berjalan menuju kantor, Bu Habibah bertemu dengan Gilang duduk sendirian.
“Bu Habibah... Hehehe.” sapa Gilang sembari tersenyum untuk dapat menarik lagi rasa empati dari Bu Habibah.
“Iya, ada apa Lang?” Bu Habibah mencoba merespon.
“Begini, Bu. Mau bertanya, eeeeee... Apa saya masih bisa ikut ulangan susulan, Bu?” tanya Gilang dengan perasaan ragu. Dengan memainkan jari tangannya.
“Sudah saya duga pertanyaanmu. Gak ada, nilai kamu tetap saya beri nilai nol. Sudah sana istirahat,” singkat padat. Bu Habibah bergegas menuju kantor.
“Bu... Bu... Tunggu! Yaelaah mampus gue, dasar guru keras kepala. Gara-gara si Radita nih, awas aja lu dit...,” sungguh terlalu, Gilang langsung menghampiri Radita.
Baca Juga : Keanehan Sekte Salafi Wahabi
Setelah jam istirahat selesai, semua murid kembali memasuki ruang kelas untuk mengikuti kegiatan jam pelajaran selanjutnya. Di dalam kelas Gilang kemudian membalas dendam kepada Radita namun rencana tersebut gagal.
Kontributor: Eka Widyasih, Anggota Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ikatan Pelajar Putri Nahdhatul Ulama (IPPNU) Kecamatan Kota