Inilah Peranan Besar Perpustakaan Dari Masa Ke Masa

NGAJISALAFY.com - Untuk menambah semangat kita dalam hal membaca, menulis dan juga dalam hal mengoleksi kitab kitab agama dan buku buku ilmu pengetahuan. Mari sebentar saja kita menengok jasa besar cendikiawan-cendikiawan Islam dimasa lalu dan juga peranan besar perpustakaan-perpustakaan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di zaman yang lalu.

Reynold A. Nicholson, seorang sejarawan terkemuka, menceritakan bagaimana khalifa al-Ma’mun menaruh perhatian besar terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Ia mengutus para ilmuan Islam, menghadap kaisar Romania, untuk menyalin buku-buku pengetahuan kedalam bahasa Arab. Kecintaan terhadap ilmu pengetahuan ini tidak hanya terbatas di kalangan istana saja, tetapi juga menyentuh kalangan hartawan untuk ikut berperan serta. Tiga bersaudara dari keluarga bani Musa yang merupakan konglomerat ternama pada saat itu, mendatangkan penerjemah-penerjemah dari negeri Ajam dengan di berikan honor yang cukup besar, yaitu 500 Dinar untuk setiap orangnya di setiap bulan. 

Penerjemah-penerjemah tersebut oleh al-Ma’mun ditempatkan didalam sebuah gedung istana yang bernama "Baitul Hikmah". Mereka ini menghabiskan waktunya sehari-hari untuk membicarakan dan mendiskusikan bebagai cabang ilmu pengetahuan dengan para sarjana-sarjana pengetahuan dari kalangan Islam. Dikemudian hari Islam juga ikut menyumbangkan pengetahuan berharga tentang ilmu ukur ruang (geometri), ilmu mesin, ilmu perbintangan dan ilmu musik.


Inilah Peranan Besar Perpustakaan Dari Masa Ke Masa
1). Zaman Abbasyiah 
Pada masa kekuasaan khalifah-khalifah Abbasyiah (750-1258), perpustakaan tidak hanya terdapat di sekolah-sekolah, masjid pun juga menjadi gedung perpustakaan, dipenuhi kitab-kitab yang di wakafkan oleh masyarakat muslim yang sangat peduli terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Al-Khotib al-Baghdadi, seorang sejarawan ternaman, termasuk ulama yang ikut mensponsori gerakan pewakafan kitab ini. Jauh jauh hari sebelum wafatnya, ia mewasiatkan kepada keluwarganya agar semua kitab-kitabnya yang terdiri dari ribuan judul itu di wakafkan untuk perpustakaan-perpustakaan dan masjid yang di dirikan oleh para pembesar negeri dan para hartawan. Kitab-kitab yang tersimpan pada masa itu, berisi tentang filsafat, astrotomi, dan ilmu pengetahuan lainya. Kitab kitab itu digunakan sebagai bahan penelitian oleh ilmuan islam terkemuka. Dan pada pertengahan abat ke X di Bashra, terdapat perpustakan yang cukup professional, yang sanggup memberikan honor kepada para penulis ilmiah, yang menggunakan bahan-bahan dari perpustakaan tersebut.

2). Abad X di Andalus
Abad X adalah zaman keemasan Islam di Andalusia. Pada waktu itu yang berkuasa adalah khalifah Abdul Rohman III, pengganti Hakam II. Hasan mengirimkan utusan ke negri-negri yang maju ilmu pengetahuannya untuk memburu dan membeli naskah naskah pengetahuan sehingga didalam istanahnya terkumpul sebanyak 400.000 naskah. Istanahnya penuh dengan pegawai-pegawai perpustakaan, penerjemah dan tukang jilid buku. Sekolah-sekolah yang di dirikan sudah 27 buah. Dan banyak sekali mahasiswa dari kalangan eropa yang tertarik ikut belajar disekolah-sekolah Islam.

Namun sayang sekali, zaman keemasan Islam dalam bidang pengetahuan ini pada akhirnya musnah di telan kekejaman musuh musuh Islam. Pada tahun 1220 M, Pasukan Mungul dibawah pimpinan Hulaghu Khan menghancurkan perpustakaan Chawarizm di Turkistan dan perpustakaan “Baitul Hikmah” pun juga menyusul di hancurkan pada tahun 1258 M. Sedangakan perpustakaan-perpustakaan di Tripoli dan Syiria yang di dirikan pemerintahan keluarga bani Amr juga hancur, akibat perang Salib.

3). Zaman Abu Nashr di Baghdad
Dar al-Ilmi adalah sebuah nama di perguruan tinggi yang di dirikan oleh Wazir Abu Nashr di Baghdad pada tahun 338 H. Di Dar al-Ilmi ini, tak kurang dari 100.000 judul kitab tersimpan. Pada masa itu juga terdapat perpustakaan yang sangat terkenal yaitu perpustakaan perguruan tinggi Nidzamiyyah di al-Muntashiriyah.

4). Zaman Daulah Fatimiyyah
Pada tahun 1005 M, khalifah al-Hakim yang termasuk dinasti Fathimiyyah itu mendirikan sebuah perputakaan yang sangat indah dan luas. Ruang perpustakaan ini bergabung dengan ruang istana.
Perpustakaan ini setiap bulannya mendapat subsidi dari pemerintahan sebanyak 257 Dinar. Koleksi kitab-kitabnya tidak kurang dari 2.000.000 judul. Ini belum perpustakaan milik raja yang berada di luar istana yang di buka untuk umum.

Demikian kilas dibalik peradaban Islam di masa lampau. Dimana Islam pernah mengalami zaman keemasan, tak lain karna kecintaan Islam yang sangat mendalam kepada ilmu pengetahuan. Umat Islam pada waktu itu sangat gemar membaca, menulis dan mengoleksi kitab-kitab berisikan ilmu pengetahuan. Selain itu mereka juga sangat gemar mengdakan penelitian-penelitian.

LihatTutupKomentar

Terkini