NGAJISLAFY.com | Menuntut berlebihan kepada calon menantu ini sangat fenomenal dimasyarakat. Bahkan menjadi sebuah ironis, jika para orang tua, gadisnya tak kunjung memberi lampu hijau kepada pemuda yang menjadi pacarnya untuk segera menikahinya. Biasanya, mereka banyak menuntut pada si pemuda tersebut, baik terkait masalah biaya resepsi pernikahan atau terkait mapannya mata pencaharian. Sebelum tuntutan itu dipenuhi sang pemuda, maka jangan harap ia dapat izin untuk menikahi anak gadis mereka.
Maka dari itu, pola pikir para orang tua yang demikian perlu dirubah. Apabila si pemuda tersebut memang berniat baik menikahi anak gadis mereka dan akan menjadi suami yang bertangung-jawab kelak, maka tidak ada salahnya mempermudah urusanya dengan tidak banyak menuntut. Bahkan, sungguh sebuah kebaikan jika mereka justru membantu si pemuda tersebut dalam menyiapkan biaya pernikahan. Bukankah yang terpenting adalah kehidupan setelah akad nikah? bukan malah melulu memikirkan bagaimana memeriahkan prosesi pernikahan dengan semewah-mewahnya.
Pernah dikisahkan, bahwa Rasulallah s.a.w malah memberikan harta kepada calon mertua, yakni Sayyidina Ali r.a, untuk dijadikan mahar pernikahan dengan putri beliau, Sayyidah Fatimah r.a. Barang siapa mempermudah, maka ia akan dipermudahkan. Dan barang siapa mempersulit maka ia akan dipersulit. Rasulullah s.a.w bersabda:
Di sisi lain, jika si pemuda tersebut meminta izin mengajak pergi pacaran anak gadis mereka tersebut, maka mereka dengan senang hati mengizinkan. Bukankah yang sedemikian semakin memberi kesempatan setan untuk semakin gencar membisikan godaanya untuk menjerumuskan kedua sejoli tersebut agar semakin mendekati perzinaan? Sungguh kondisi yang memperihatinkan.
Baca Juga: 3 Rahasia Sukses Dunia dan Akhirat
Maka dari itu, pola pikir para orang tua yang demikian perlu dirubah. Apabila si pemuda tersebut memang berniat baik menikahi anak gadis mereka dan akan menjadi suami yang bertangung-jawab kelak, maka tidak ada salahnya mempermudah urusanya dengan tidak banyak menuntut. Bahkan, sungguh sebuah kebaikan jika mereka justru membantu si pemuda tersebut dalam menyiapkan biaya pernikahan. Bukankah yang terpenting adalah kehidupan setelah akad nikah? bukan malah melulu memikirkan bagaimana memeriahkan prosesi pernikahan dengan semewah-mewahnya.
Pernah dikisahkan, bahwa Rasulallah s.a.w malah memberikan harta kepada calon mertua, yakni Sayyidina Ali r.a, untuk dijadikan mahar pernikahan dengan putri beliau, Sayyidah Fatimah r.a. Barang siapa mempermudah, maka ia akan dipermudahkan. Dan barang siapa mempersulit maka ia akan dipersulit. Rasulullah s.a.w bersabda:
اَللّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ اَمْرِ اُمَّتِى شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ, وَمَنْ شَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ.(رواه احمد ومسلم)
Artinya: “Ya Allah! Barang siapa menguasai sesuatu apapun dari perkara ummatku, kemudian ia mengasihi mereka, maka kasihilah dia. Dan barang siapa mempersulit mereka, maka persulitlah dia.” (HR. Ahmad & Muslim)Demikianlah penjelasan tentang jangan menuntut berlebihan kepada calon menantu. Wallahu a'lam.