Kerja Keras di Kabupaten Bukan-Bukan, Eks Transmigrasi

Kpmplek Dunia Akhirat Islamic Center  Masjid 99 Cahaya/Baitussobur dan Balai Adat Mego Pak (foto/dok)

WAY Abung merupakan kawasan eks transmigrasi di Provinsi Lampung yang berada di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Sejak transmigrasi pertama 1901, kawasan itu dihuni transmigran asal Pulau Jawa. Hingga saat ini ada sekitar 1 juta kepala keluarga keturunan transmigran di sana. 

Dari 103 desa yang ada, hanya 11 desa yang dihuni penduduk asli, 92 lainnya merupakan desa transmigran. Bupati Tulang Bawang Barat Umar Ahmad dan Wakil Bupati Fauzi Hasan bertekad menjadikan kabupaten berjuluk ‘Bumi Ragem Sai Mangi Wawai’ itu sebagai percontohan pembangunan kota di kawasan eks transmigrasi nasional. 

Berikut wawancara wartawan Media Indonesia Eva Pardiana dengan Umar Ahmad di Bandar Lampung.

Kenapa harus membangun fasilitas perkotaan? 

Gagasan ini berasal dari masyarakat transmigran di Tulang Bawang Bawah. Pada proses transmigrasi 1901-1970-an hingga saat ini, tak ada perencanaan pembangunan fasilitas perkotaan sehingga tidak ada peningkatan standardisa­si dan kualitas kehidupan yang signifikan. Saya ingin kawasan eks transmigrasi Way Abung seluas 70 ribu hektare ini menjadi pilot project pembangunan kota di kawasan transmigrasi.

Apa langkah konkritnya? 

Kami telah menggandeng Universitas Lampung, Institut Teknologi Sumatra, dan arsitek andal untuk merencanakan detail pembangunannya. Hasilnya akan saja diajukan kepada Presiden Joko Widodo agar dapat dimasukkan ke rencana pembangunan daerah. Kami butuh dukungan semua pihak agar rencana ini dapat terwujud

Sudah berhitung dampaknya jika terealisasi? 

Jika semua fasilitas kota dibangun di sana, kawasan ini akan menjadi layak untuk hidup dan berkembang pesat. Apa­lagi akan terkoneksi langsung dengan tol trans-Sumatra dan Jalan Raya Lintas Timur. Masyarakat bisa mengembangkan perekonomian ke sektor perdagangan, tidak hanya bergantung di pertanian.

Apa rencana besar Anda? 

Kabupaten ini kerap kami sebut sebagai wilayah bukan-bukan, yaitu bukan wilayah perlintasan, bukan pula wilayah tujuan. Tidak pula menjadi destinasi wisata pantai atau mencari kesejukan udara, bukan juga tempat berinvestasi di bidang pertambangan. Kami tidak punya itu semua. 

Selama ini fokus pembangunan provinsi dan nasional berada di lintasan timur dan tengah Sumatra. Tulang Bawang Barat tidak terkena dampak pembangunan di perlintasan tersebut. Karena itu, segala sesuatunya harus diupayakan dengan kerja keras. Kami akan jadikan wilayah ini sebagai daerah pendidikan, seni budaya, dan industri. 

Salah satu sentra kebudayaan yang telah terealisasi ialah pembangunan Kompleks Dunia Akhirat Islamic Centre atau Masjid 99 Cahaya. Ini menjadi standar SDM pembangunan di sini. Pembangunan masjid berdampingan dengan balai adat. Filosofinya, hidup di kandung adat, mati di kandung amal dan ibadah. (OL-4)

Dukutip dari Media Indonesia
LihatTutupKomentar

Terkini