Kisah Seorang Gubernur Menikahi Wanita Jelata

Pesan Rasulullah SAW untuk yang Ingin Menikah
NGAJISALAFY.com | Pada zaman Khalifah al-Mahdi, ada seorang gubernur yang mengumpulkan sejumlah tetangganya dan menaburkan uang Dinar di hadapan mereka. Semua saling berebutan memungguti uang itu dengan suka cita kecuali seorang wanita kumal, berkulit hitam dan berwajah tak menarik. Ia terlihat diam saja tidak bergerak, sambil memandanggi para tetanggannya yang sebenarnya lebih kaya dari dirinya, tetapi berbuat seolah-olah mereka orang-orang yang kekurangan harta.
Dengan keheranan sang gubernur bertanya, “Mengapa engkau tidak memunguti uang Dinar itu seperti tetanggamu?” Janda berkulit hitam itu menjawab, “Sebab yang mereka cari uang Dinar sebagai bekal dunia. Sedangkan yang aku butuhkan bukan Dinar, melainkan bekal akhirat”.
”Maksudmu?” tanya sang gubernur mulai tertarik akan keperibadian perempuan itu.
“Maksudku, uang dunia sudah cukup. Yang masih aku perlukan ialah bekal akhirat yaitu shalat, puasa dan dzikir. Sebab perjalanan di dunia amatlah pendek dibanding dengan pengembaraan di akhirat yang panjang dan kekal”.

Dengan jawaban seperti itu, sang gubernur merasa disindir tajam. Ia sadar, ternyata dirinya selama ini sibuk menggumpulkan harta benda dan melalaikan kewajiban agamanya. Padahal kekayaannya melimpah ruah, tak akan habis dimakan keluarganya sampai tujuh keturunan. Sedangkan umurnya sudah diatas setengah abad, dan Malaikat Izrail sudah mengintainya.
Akhirnya sang gubernur jatuh cinta kepada perempuan lusuh yang berparas tidak menarik itu. Kabar itu tersebar ke seluruh pelosok negri. Orang-orang besar tak habis pikir, bagaimana seorang gubernur bisa menaruh hati kepada perempuan jelata berparas buruk itu.

Pada suatu kesempatan mereka diundang oleh gubernur dalam sebuah pesta mewah, juga tetangga tetangganya, termasuk juga wanita yang membuat heboh tadi. Mereka diberikan gelas kristal yang bertahtahkan permata, berisi cairan anggur segar. Gubernur lantas memerintahkan mereka untuk membanting masing-masing gelas tersebut. Semua tercengang dan tidak ada yang mematuhi perintah tersebut. Namun, tiba-tiba terdengar bunyi berdenting, pertanda ada orang gila’ yang melaksanakan perintah itu. Itulah si perempuan berparas buruk. Di kakinya, pecahan gelas berhamburan sampai semua orang tampak terkejut dan keheranan.


Gubernur lalu bertanya, “mengapa engkau membanting gelas itu?” Tanpa takut wanita itu menjawab, “ada beberapa sebab. Pertama, dengan memecahkan gelas ini berarti berkurang kekayaan anda/tuan. Tetapi, menurutku hal itu lebih baik daripada wibawa tuan berkurang lantaran perintah tuan tidak dipatuhi”. Gubernur pun terkesima. Para tamunya juga kagum akan jawaban yang masuk akal itu.
“Sebab lainnya?” tanya gubernur. Wanita itu menjawab, “kedua, aku hanya mentaati perintah Allah. Sebab di dalam al-Qur’an, Allah memerintahkan agar kita mematuhi Allah, utusannya, dan para penguasa. Tuan adalah penguasa dan ulil amri, maka dengan segala resikonya aku laksanakan perintah tuan”, gubernur kian takjub. Demikian pula para tamunya.
“Masih ada sebab lain ?” gubernur betanya lagi.

Perempuan itu menganguk dan berkata, “Ketiga, dengan aku memecahkan gelas itu, orang-orang akan mengangap aku gila. Akan tetapi, hal itu lebih baik untukku. Biarlah aku dibilang gila dari pada tidak melakukan perintah gubernurnya, yang berarti aku sudah berbuat durhaka. Tuduhan gila kepadaku, akan aku terima dengan lapang dada dari pada aku dituduh durhaka kepada penguasaku. Itu lebih berat untukku.”

Dan ketika gubernur yang ditinggal wafat istrinya itu melamar lalu menikahi perempuan bertampang jelek dan hitam legam itu, maka semua yang mendengar berbalik sangat gembira, karna gubernur memperoleh jodoh seorang wanita yang tidak saja taat kepada suami, tetapi juga taat kepada gubernurnya, kepada nabi dan tuhannya.

Mutiara Hikamah:

Kisah diatas semakin menguatkan bahwa kecantikan batinlah yang seharusnya lebih dikedepankan dari pada kecantikan luar. Kecantikan luar tidaklah awet, seiring berjalanya waktu akan mudah berubah, bahkan dapat langsung hilang seketika, semisal karna mengalami kecelakaan sehingga wajah menjadi cacat permanen. Adapun kecantikan batin lebih awet bahkan semakin meningkat lambat launnya, sebab dengan bertambahnya umur, manusia akan bertambah dewasa dan bijak.

Ada seorang yang berujar, “bentuk wajah dan bentuk tubuh seseorang kan tidak mungkin di rubah, kalau sifat buruk kan dirubah” Ia bermaksud bahwa menikahi wanita pokoknya harus cantik, meskipun memiliki sifat buruk, karna akhlak bisa dirubah dengan didikan suami. Adapun wanita yang buruk rupa tidak bisa di rubah menjadi cantik. Silahkan saja jika ada yang punya pandangan demikian, jika ia memang dapat benar-benar mendidik istrinya menjadi baik. Memang, karakter manusia bisa dirubah. Jangankan manusia, hewan buas pun bisa dididik menjadi jinak dan penurut pada pemiliknya.

Namun pertanyaanya, apakah merubah akhlak akan semudah membalikan telapak tangan? butuh kesabaran dan siasat cerdik untuk menaklukan hati seseorang, terlebih hati yang keras dan liar. Apalagi, seorang laki-laki yang sudah menikah akan lebih di sibukkan dengan mencari nafkah dan membangun ekonomi, menggingat kebutuhan hidupnya semakin banyak. Ada kebutuhan rumah, pakaian, pendidikan, transportasi, dan untuk makanan sehari-hari. Semua itu tidak murah. Bagi seorang yang membangun ekonomi dari nol, butuh perjuangan keras untuk itu. Jika pendamping hidup tidak bersedia diajak bahu-membahu dalam perjuangnya itu, bahkan yang ada hanya menuntut dan menuntut untuk memenuhi gaya hidupnya yang glamor, maka tentu si suami mudah frustasi, bahkan stres.

Untuk itu, saran Rasulallah SAW adalah yang paling tepat. Yakni, dalam meilih pasangan hidup yang harus diutamakan dan tidak bisa ditawar adalah dia memiliki kesadaran beragama yang kuat. Adapun wajah rupawan, kekayaan, memiliki nasab tinggi, itu adalah kriteria yang kesekian kalinya. Jika tidak mengikuti saran Rasulallah SAW ini, maka beliau sempat mengancam تَرِبَتْ يَدَاكَ yakni akan mengalami kerugian besar.
LihatTutupKomentar

Terkini